Tuesday 19 May 2015

Hiii...Warga Desa Bayung Gede Bali Hanya Gantungkan Ari-Ari Di Kuburan

SATUBALI - Pulau Bali selain dikenal sebagai pulau seribu pura, juga dikenal sebagai pulau yang kaya akan tradisi nenek moyang. Hingga saat ini, masyarakat Bali masih menjalani tradisi yang diwariskan nenek moyang. 

Kintamani. Nama itu tentu tidaklah asing bagi telinga kita. Ya, selain memiliki keindahaan alam yang luar biasa, Kecamatan yang berada di Kabupaten Bangli ini ternyata memiliki tradisi yang cukup luar biasa.

Kalau selama ini banyak orang yang sudah mengetahui bila di Kintamani ada sebuah desa bernama trunyan yang sungguh fantastik. Bagaimana tidak, di Desa ini meski jenazah orang yang sudah meninggal tidak segera dimakamkan, namun tidak menimbulkan bau yang begitu menyengat.

Selain Trunyan, ada satu desa di Kintamani yang juga masih menjunjung tinggi peninggalan nenek moyang. Desa itu bernama Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Seperti di Trunyan, di desa Bayung Gede inipun ari-ari bayi yang baru saja dilahirkan tidak dikubur atau dihanyutkan di sungai. Namun, masyarakat di desa Bayung Gede ini lebih memilih menggantungkan ari-ari bayi yang baru dilahirkaan di sebuah areal perkuburan khusus yang biasa di sebut warga sekitar dengan nama kuburan ari-ari.

Meskipun tidak ada aturan tertulis warga yang baru saja memiliki anak, ari-arinya wajib digantungkan. Namun mereka pun menaatinya. Sebab, bila mereka berani melanggar tradisi dari nenek moyang, selain musibah yang akan diterimannya, warga yang menolak menggantungkan ari-ari bayinya itupun harus bersiap-siap menerima denda berupa 200 keping uang bolong dan melaksanakan upacara masayut atau pembersihan pekarangan tempat di mana ari-ari itu ditanam. Denda yang dikenakan kepada warga yang melanggar tersebut akan diserahkan kepada desa.

Meski digantungkan diareal khusus perkuburan ari-ari, bukan berarti mereka sembarangan saja menggantungkan ari-ari tersebut. Hanya ari-ari bayi laki-laki saja yang digantungkan pada sebelah kanan pintu bale meten. Sedangkan untuk ari-ari bayi perempuan harus ditanam disebelah kiri pintu.

Anehnya, seperti halnya jenazah yang tidak dikubur di Trunyan tak menguarkan bau busuk, ari-ari yang digantungkan di areal perkuburan yang memiliki luas sekitar 60 are ini pun tidak mengeluarkan bau busuk. Meski di areal perkuburan yang dikelilingi jalan raya melingkar ini banyak ari-ari yang bergelantungan.

warga meyakini, banyaknya pohon bukak seperti halnya pohon taru menyan di Trunyan itulah yang mampu menghilangkan bau busuk dari ari-ari tersebut. Hanya saja, berbeda dengan jenazah yang ada di trunyan sewaktu-waktu diambil keluarga untuk selanjutnya dilakukan upacara ngaben atau upacara pembakaran jenazah, ari-ari bayi yang digantungkan di areal perkuburan khusus bayi di desa itu tidak ada yang merawatnya.

Bahkan, meski ari-ari yang digantungkan tersebut jatuh ke tanah,keluarga pemilik ari-ari itupun tak menggantungkan kembali ari-ari tersebut keatas pohon. Jadi, jangan heran bila sewaktu-waktu anda melintasi areal perkuburan khusus bayi di desa Bayung Gede ini banyak melihat ada ari-ari bayi yang menggelinding ke jalan seperti buah pohon yang berjatuhan. (SATUBALI)

No comments:

Post a Comment