Thursday 21 May 2015

Wow..Bali Bakal Miliki Bandara Mengapung di Laut

foto: hariankota.com
SATUBALI - Investor asal Kanada tertarik membangun bandara tengah laut di Kabupaten Buleleng, Bali yang akan membutuhkan lahan mencapai 1400 hektar lebih.

Made Mangku selaku perwakilan investor mengungkapkan, dengan potensi yang dimiliki dan daya dukung di Bali, wacana pembangunan bandara apung di tengah laut, sangat layak dibangun di Pulau Seribu Pura.

"Kalau semua mendukung, satu tahun dari sekarang bandara terapung di tengah laut sudah bisa dibangun," sebut Made Mangku saat dihubungi lewat telefon.

Lokasi yang dianggap tepat direncanakan di kawasan Bali bagian timur yang telah dilirik oleh
Perusahaan Arca asal Kanada.

Nantinya, jarak dari pinggir pantai menuju bandara sekira satu kilometer.

Bandara itu bakal dibangun dalam tiga tahap, pertama membutuhkan lahan 300 hektar untuk direklamasi guna pembangunan landasan pacu.

Selanjutnya, tahap kedua dibutuhkan lahan seluas 900 hektar guna pembangunan dua line landasan pacu. Untuk tahap ketiga, lahan seluas 200 hektar untuk airport.

"Total yang akan direklamasi 1.400 hektar yang kesemuanya untuk landasan pacu dan airport city," sambungnya.

Sedangkan pembangunan di darat, setidaknya membutuhkan sekira 100 hektar untuk airport city.
Untuk itu, pembangunan airport city, setidaknya bakal butuh pembebasan lahan lahan produktif.

Disinggung soal investasi pembangunan bandara super canggih itu, Mangku menyebut pada pembangunan tahap awal setidaknya disiapkan Rp30 triliun.

Nantinya, perusahaaan akan memiliki hak pengelolaan bandara baru, selama 50 tahun dan bisa diperpanjang untuk 50 tahun kemudian.(SATUBALI)



sumber: hariankota.com

Cerita rakyat, Dibalik Misteri Gunung Lawu

SATUBALI - Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan Magetan,Jawa Timur kembali menjadi perbincangan hangat warga yang tinggal di bawa kaki gunung tersebut menyusul jatuhnya Erri yunanto mahasiswa fakultas teknik Atmajaya Yogyakarta.

Bercerita tentang gunung, selalu ada mitos dan cerita rakyat yang berkembang. Tak ubahnya Gunung Lawu, gunung yang masuk di posisi kelima tertinggi di pulau Jawa itu juga memiliki cerita sendiri.

Gunung yang berdiri sangat kokoh di ketinggian  3.265 mdlp tersebut terkenal dengan julukan Seven Summits of Java (Tujuh Puncak Pulau Jawa).

Salah satu tim Resque Karanganyar, Maryoto  yang sudah sangat akrab dengan gunung Lawu juga menyebutkan jika gunung ini termasuk paling angker dan menyimpan banyak misteri yang belum pernah terungkap.

"Kalau terangker mungkin iya karena sampai sekarang Lawu itu belum terungkap misteri atau jati diri Lawu. Contoh yang paling nyata sampai sekarang tidak pernah ditemukan kuburan eyang Lawu & Sunan Lawu," jelasnya di Posko pendakian Cemoro Kandang.

Selain kental dengan aura mistik, gunung Lawu tetap menjadi primadona bagi para pendaki. Bahkan gunung Lawu terkenal dengan penunggu sekaligus penunjuk jalan   seekor burung misterius, bernama Kyai Jalak Lawu.

Bagi yang sudah pernah mendaki puncak lawu yang memiliki suhu terdingin hingga  mencapai minus 5 derajat celcius ini pasti sudah mengenal mitos Kyai Jalak. Konon Kyai Jalak adalah salah satu jelmaan dari abdi dalem setia Prabu Brawijaya V yang bertugas untuk menjaga Gunung Lawu.

Biasanya burung jalak Lawu berwarna hitam. Namun khusus burung misterius yang terkenal dengan nama Kyai Jalak ini berwarna gading. Tidak semua pendaki bisa bertemu Kyai Jalak. Kyai Jalak yang sering menjadi pemandu bagi para pendaki yang tersesat. Karena itu pantangan bagi para pendaki untuk menganggu Kyai Jalak.

"Namun jika berniat baik, kyai Jalak akan mengantar pendaki sampai ke Puncak Gunung Lawu. Kyai Jalak bertemu  para pendaki, bukan untuk mencelakai, namun sebagian dari tugasnya  menjaga dan menjadi penunjuk jalan bagi para pendaki," terang Maryoto

Sebab itulah gunung yang juga merupakan salah satu poros di pulau Jawa ini banyak masyarakat  yang mempercayai bahwa Gunung Lawu adalah persinggahan Brawijaya V yang merupakan Raja Majapahit terakhir yang akhirnya menghilang bersama raganya alias muksa.

Menurut cerita leluhur yang didapat dari Sardi salah satu pemilik warung di sekitar pos pendakian Cemoro Kandang menyebutkan jika gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan ada hubungan dekat dengan tradisi dan budaya keraton Solo dan Jogjakarta, misalnya upacara labuhan setiap bulan Sura.

"Gunung Lawu sangat populer untuk kegiatan pendakian. Setiap malam 1 Sura banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak. Dan tiap  suro selalu diadakan upacara sesaji di gunung Lawu," jelasnya.

Gunung Lawu juga menyimpan misteri pada tiga puncaknya dan menjadi tempat yang dianggap sakral  di Tanah Jawa. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan (menghilangnya) Prabu Brawijaya, Harga Dumiling diceritakan  sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon yang merupakan abdi setia dari Prabu Brawijaya, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang meditasi pagi penganut kejawen.

Lebih lanjut Sardi menjelaskan, setiap pendaki yang pernah naik ke puncak Lawu pasti memahami berbagai larangan tidak tertulis yang harus dipatuhi. Misalnya ketika akan mendaki gunung Lawu adalah  dilarang mengucapkan kata kesel (capai) ketika sedang dalam perjalanan menuju puncak.

"Tidak boleh ngresula (mengeluh), capai, nanti tiba-tiba stamina kita akan mendadak menurun. Jika berkata dingin maka kita akan kedinginan," jelasnya lagi.

Seperti kebanyakan gunung yang ada di Indonesia yang kental dengan aura mistisk, gunung Lawu memiliki pasar yang di sebut pasar setan. Yaitu pasar yang tak terlihat dengan kasat mata. Hanya terdengar suara ramai saja. Dan tidak semua orang bisa mendengarnya.

Selain  mendengar berbagai cerita mistik dari para pendaki yang istirahat di warung miliknya, Sardi juga pernah mengalami hal yang sama sewaktu mudanya dulu.

"Dulu saya pernah sekali mengalami. Makanya jika sedang mendaki dan mendengar suara berbahasa Jawa yang menanyakan 'arep tuku apa mas', (beli apa mas) segera saja buang uang berapa saja. Yang pasti buang di sekitar tempat di mana kita mendengar suaranya. Terus petik daun di sekitar tempat itu seperti kita sedang belanja," terangnya panjang lebar.

Selain Kyai Jalak sebagai penunjuk jalan, kadang kala juga muncul kupu-kupu berwarna hitam, namun di tengah kedua sayapnya terdapat bulatan besar berwarna biru mengkilap.

"Katanya jika melakukan pendakian, melihat kupu-kupu dengan ciri seperti itu adalah pertanda bahwa  kehadiran pendaki  disambut baik (diijinkan) oleh penjaga Gunung Lawu.  Jangan pernah  menganggu, mengusir dan membunuhnya," ungkapnya.

Dan yang paling penting adalah pantangan mengenakan baju berwarna  hijau daun, dan dilarang mendaki puncak lawu dengan rombongan yang berjumlah ganjil.

“Jangan naik puncak jika jumlah pendakinya ganjil,  takutnya nanti akan tertimpa kesialan. Satu hal lagi yang harus diingat, jika tiba-tiba ada  ampak-ampak (kabut dingin) yang di barengi suara gemuruh, jangan nekat naik.  Turun saja atau berbaring tertelungkup di tanah," pesannya.(SATUBALI)

Tuesday 19 May 2015

Hiii...Warga Desa Bayung Gede Bali Hanya Gantungkan Ari-Ari Di Kuburan

SATUBALI - Pulau Bali selain dikenal sebagai pulau seribu pura, juga dikenal sebagai pulau yang kaya akan tradisi nenek moyang. Hingga saat ini, masyarakat Bali masih menjalani tradisi yang diwariskan nenek moyang. 

Kintamani. Nama itu tentu tidaklah asing bagi telinga kita. Ya, selain memiliki keindahaan alam yang luar biasa, Kecamatan yang berada di Kabupaten Bangli ini ternyata memiliki tradisi yang cukup luar biasa.

Kalau selama ini banyak orang yang sudah mengetahui bila di Kintamani ada sebuah desa bernama trunyan yang sungguh fantastik. Bagaimana tidak, di Desa ini meski jenazah orang yang sudah meninggal tidak segera dimakamkan, namun tidak menimbulkan bau yang begitu menyengat.

Selain Trunyan, ada satu desa di Kintamani yang juga masih menjunjung tinggi peninggalan nenek moyang. Desa itu bernama Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Seperti di Trunyan, di desa Bayung Gede inipun ari-ari bayi yang baru saja dilahirkan tidak dikubur atau dihanyutkan di sungai. Namun, masyarakat di desa Bayung Gede ini lebih memilih menggantungkan ari-ari bayi yang baru dilahirkaan di sebuah areal perkuburan khusus yang biasa di sebut warga sekitar dengan nama kuburan ari-ari.

Meskipun tidak ada aturan tertulis warga yang baru saja memiliki anak, ari-arinya wajib digantungkan. Namun mereka pun menaatinya. Sebab, bila mereka berani melanggar tradisi dari nenek moyang, selain musibah yang akan diterimannya, warga yang menolak menggantungkan ari-ari bayinya itupun harus bersiap-siap menerima denda berupa 200 keping uang bolong dan melaksanakan upacara masayut atau pembersihan pekarangan tempat di mana ari-ari itu ditanam. Denda yang dikenakan kepada warga yang melanggar tersebut akan diserahkan kepada desa.

Meski digantungkan diareal khusus perkuburan ari-ari, bukan berarti mereka sembarangan saja menggantungkan ari-ari tersebut. Hanya ari-ari bayi laki-laki saja yang digantungkan pada sebelah kanan pintu bale meten. Sedangkan untuk ari-ari bayi perempuan harus ditanam disebelah kiri pintu.

Anehnya, seperti halnya jenazah yang tidak dikubur di Trunyan tak menguarkan bau busuk, ari-ari yang digantungkan di areal perkuburan yang memiliki luas sekitar 60 are ini pun tidak mengeluarkan bau busuk. Meski di areal perkuburan yang dikelilingi jalan raya melingkar ini banyak ari-ari yang bergelantungan.

warga meyakini, banyaknya pohon bukak seperti halnya pohon taru menyan di Trunyan itulah yang mampu menghilangkan bau busuk dari ari-ari tersebut. Hanya saja, berbeda dengan jenazah yang ada di trunyan sewaktu-waktu diambil keluarga untuk selanjutnya dilakukan upacara ngaben atau upacara pembakaran jenazah, ari-ari bayi yang digantungkan di areal perkuburan khusus bayi di desa itu tidak ada yang merawatnya.

Bahkan, meski ari-ari yang digantungkan tersebut jatuh ke tanah,keluarga pemilik ari-ari itupun tak menggantungkan kembali ari-ari tersebut keatas pohon. Jadi, jangan heran bila sewaktu-waktu anda melintasi areal perkuburan khusus bayi di desa Bayung Gede ini banyak melihat ada ari-ari bayi yang menggelinding ke jalan seperti buah pohon yang berjatuhan. (SATUBALI)

Sunday 17 May 2015

Libur Panjang, Wisatawan Domestik Banjiri Pulau Bali

SATUBALI - Arus wisatawan lokal yang masuk Bali melonjak, bertepatan dengan libur panjang pasca pengumuman kelulusan ujian nasional (UN) tinggkat SMA/Sederajat.

Bahkan dari informasi yang diproleh, lonjakan arus wisatawan lokal (wislok) telah terjadi sejak tiga hari. Diprediksi, lonjakan wislok yang masuk Bali masih terjadi hingga seminggu kedepannya.

Arus wislok dari beberapa daerah di Jawa  yang masuk Bali melalui pelabuhan Ketapa-Gilimanuk, didominasi anak-anak sekolah tingkat SMP dan SMA. Mereka masuk Bali dengan menggunakan bus pariwisata untuk menikmati liburan.

Di Bali mereka menuju beberapa objek wisata, selama paling lama tiga hari. Selanjutnya mereka akan kembali daerah asalnya masing-masing.

"Kami di Bali selama tiga hari, hanya sekedar untuk berlibur ditempat-tempat wisata. Setelah itu kami harus kembali karena harus mendaftar di perguruan tinggi,” terang Titin Famela (16) salah seorang wislok asal Jakarta.

Pantauan di Pelabuhan Gilimanuk, Minggu (17/5/2015) sore nampak padat iring-iringan pelajar turun dari kapal setelah bersandar di dermaga Gilimanuk.

Meskipun mereka sebagian besar anak sekolah, aparat kepolisian dari Polsek Kawasan Gilimanuk dan Polres Jembrana yang bertugas di pos 2 Gilimanuk atau pintu masuk Bali, tetap melakukan pemeriksaan dengan teliti.

Pemeriksaan dilakukan terhadap orang, barang dan kendaraan. Hal tersebut dilakukan petugas guna mengantisipasi masuknya pelaku kejahatan, senpi, sajam dan bahan peledak serta barang-barang berbahaya lainnya.

Sementara pihak pihak otoritas pelabuhan membenarkan terjadi lonjakan arus wislok dari Jawa masuk Bali sejak tiga hari lalu. Didominasi oleh anak-anak sekolah yang melaksanakan liburan di Bali.

Untuk memperlancar arus penyebrangan, pihak ASDP Gilimanuk mengoprasikan 30 armada kapal. Sementara cuaca di selat Bali relatif normal.(SATUBALI)

Saturday 16 May 2015

Populerkan Bartender Lewat Kompetisi di Restoran Gabah

SATUBALI - Dalam upaya lebih mempopulerkan profesi bartender di kalangan masyarakat sebuah kompetisi bertajuk “Bartender Flair – Bartending Competition Competition 2015” digelar di Restoran Gabah, Kuta.

Ajang menarik yang diikuti puluhan peserta digelar Ramayana Resort & Spa bekerjasama dengan Asosiasi Bartender Indonesia.

Corporate General Manager Rama Hotels & Resorts Bali Aru Santhiran, mengatakan ajang dihelat pada hari Selasa, 12 Mei 2015 mendapat antusiasme peserta yang mencapai 30 orang.

“Kami persembahkan kompetisi bartender di Bali dengan tujuan untuk mengapresiasi talenta bartender Indonesia sekaligus untuk meningkatkan profil dari industi beverage yang ada di Bali,” tukasnya.

Kompetisi didesain guna mempopulerkan bakat bartender Indonesia yang memiliki passion untuk menciptakan pengalaman menikmati suatu minuman menjadi unik.

Dengan banyaknya minat dari para bartender Bali, penyelenggara membatasi hanya 30 peserta yang dapat mengikuti kompetisi ini.

Kompetisi ditutup penampilan dari bartender tingkat dunia, Mr. Denny Bakiev yang sangat piawai dalam menampilkan keahliannya sebagai bartender.

Pemenang kompetisi yakni Aldi Suardana dari STP Bali (Pemenang I), Runner up Putu Purnayasa dari Hard Rock Hotels Bali dan juara ke 3 yaitu Wayan Eka Darmawan dari Flair Forever Bali.
Acara berkat dukungan pula Fruitail Juices, Iceland Vodka, Drive Energy Drink, Mixtura, Bintang Beer dan Black Jack Cola.

Juri dari kompetisi ini adalah Mr. Denny Bakiev, Bar Manager Rosso Vivo Restaurant & Lounge (Top 5 Bartender terbaik di dunia),Agung Udiana, Food & Beverage Manager the 101 Legian Hotel Bali and Samuel Morabito, Bar Manager Stadium Café Kuta Bali.

Juri menilai beberapa segi dari partisipan seperti kreatifitas, keberagaman, kualitas rasa minum dan presentasi. (SATUBALI)









SBY dan Keluarga Nikmati Sunset Pantai Pandawa

SATUBALI - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama keluarga memilih menikmati keindahan sunset atau matahari tenggelam di Pantai Pandawa Kabupaten Badung, Bali.

"Beliau bersama keluarga di Bali selama dua hari. Agenda yang saya tahu hendak merayakan ulang tahun orangtua Ibu Ani, itu kegiatan internal keluarga," kata Wakil Ketua DPD Partai Demokrat Bali, I Nengah Pringgo dihubungi Kamis (14/5/2015).

Menurut Pringgo, SBY tak memiliki agenda politik selama berada di Pulau Bali. Agenda SBY bersama keluarga di Bali hanya berlibur belaka.

"Hanya berlibur saja. kan semua sudah dijabarkan agenda politiknya di Kongres IV di Surabaya," sambungnya.

Pringgo yang turut mendampingi selama SBY liburan ke Bali menuturkan, jika SBY ingin melihat suasana eksotis matahari tenggelam sun set di Pantai Pandawa di Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung.

SBY ingin melihat panorama indah pantai yang menjadi primadona baru Bali, hingga matahari terbenam.

Ketenaran dan keindahan Pantai Pandawa, dilihat SBY dari informasi yang disiarkan televisi.

"Beliau ingin menikmati sunset di Pandawa Pandawa yang merupakan salah satu lokasi terbaik menikmati sunset di Bali," imbuh Pringgo.

Diketahui, ssai mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai pada pukul 12.30 WITA, SBY dan keluarga sempat berburu oleh-oleh ke Pusat Oleh-Oleh ternama di Bali yakni Toko Khrisna.

"Beliau ingin melihat langsung aneka hasil kerajinan UKM di Toko Krhrisna," demikian Pringgo.(SATUBALI)










Digerus Hotel dan Vila, DAS Sungai Ayung Terancam

SATUBALI - Daerah Aliran Sungai Ayung yang membelah Pulau Bali hingga ke wilayah selatan kondisi lingkungannya kian mengkhawatirkan dengan banyaknya industri akomodasi pariwisata yang dibangun seperti hotel san villa.

Banyaknya pelanggaran sempadan oleh sarana akomodasi pariwisata yang dibangun seperti di Kabupaten Gianyar dan Badung menjadikan fungsi-fungsi penyedia pasokan air kawasan DAS Ayung kian terancam.

"Kondisi itu berlangsung akibat lemahnya pengawsan dan kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada upaya menjaga fungsi DAS sungai Ayung dengan baik," kata dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Dr Made Sudarma dalam Media Gathering dengan Aqua di Desa Wisata Kertalangu, Denpasar.

Dengan tergerusnya fungsi hutan oleh bangunan beton hotel, vila dana sarana wisata rafting, yang berdiri di sepanjang DAS, maka ketika terjadi hujan deras, tidak lagi bisa menahan air.

"Air hujan akan meluncur saja, terbuang sampai ke laut," tandas alumnus Pascasarjana Ekonomi Pertanian IPB Bogor itu.

Padahal, air hujan itu bisa menjadi sumber cadangan air bagi lingkungan sekitar di sepanjang DAS Tukad Ayung.

Saat ini, kata di, kondisi ekosistem hutan dan DAS Sungai Ayung terancan degradasi (kerusakan) karena berbagai sebab. Hal itu pula akan mengancam pasokan air baku yang mengalir di sungai sepanjang  68,5 kilometer yang bermuara di Kota Denpasar.

Tidak hanya ancaman pembangunan sektor pariwisata, DAS Sungai Ayung juga kian lemah fungsi vegetasi akibat rusaknya hutan dan perubahan tata guna lahan.

"Tanaman kopi yang cukup kuat untuk menahan erosi dan menjaga vegetasi kemudian diganti jeruk yang secara ekonomis lebih menjanjikan," sebutnya dalam acara yang dihadiri Budi Hartono selaku Stakeholder Relation Manager East Manager Tirta Investama puluhan jurnalis media cetak dan online dan jajaran Aqua Bali.

Karena itu, untuk menyelamatkan DAS Ayung dari kerusakan lingkungan yang makin parah, diperlukan upaya serius semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat, dalam menjaga fungsi aliran sungai dari hilir dan hulu.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah Bali Ketut Ariantana mengungkapkan, sejak beberapa tahun terakhir terjadi penurunan kuantitas dan kualitas air tanah akibat amblesan tanah yang mengakibatkan hilangnya air tanah pada lapisan penutup akuifer.(SATUBALI)






Tradisi Makepung Lampit di Jembrana Sedot Perhatian Dunia

SATUBALI - Satu lagi tradisi milik masyarakat Jembrana, Bali digelar dan mengundang decak kagum warga Bali bahkan dunia.

Tradisi tersebut dikenal Makepung Lampit atau lomba pacuan kerbau di areal persawahan basah, diikuti puluhan pasang kerbau.

Tradisi Makepung Lampit ini digelar Minggu (26/4/2015) di areal Persawahan Subak Peh, Banjar Peh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara.

Sejak perlombaan ini dimulai, puluhan pasang kerbau yang kepalanya dihias mahkota saling adu cepat di sirkuit berair dan berlumpur. Panjang lintas mencapai 200 meter.

Menariknya, Makepung Lampit ini menggunakan lampit atau alat membajak sawah tradisional yang ditarik oleh dua ekor kerbau dan dikendalikan oleh satu orang joki,

Layaknya penati membajak sawah. Jambuk yang digunakan sebagai pemukul kerbau agar mau lari kencang mengunakan cambuk biasa tanpa berisi paku.


Puluhan fotografer lokal, nasional bahkan dunia mengabadikan tradisi Makepung Lampit ini lewat kamera dan video. Mereka nampak antosias menyaksikan tradisi unik ini.

Dari sederet fotografer kondang, nampak Deniek G Sukarya dan Mario Blanco.

"Tradisi ini sangat bagus. Saya sangat senang, dan saya abadikan moment ini pada photo dan video,” ujar Mario Blanco, fotografer asal Australia.

Sementara itu I Wayan Sampun, salah satu coki kerbau asal Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali, kepada wartawan mengaku senang mengikuti lomba tersebut.

Dalam mengikuti lomba itu, dia mengaku tidak semata-mata mencari juara, melainkan ingin ikut berpartisipasi mempertahankan tradisi Makepung Lampit yang lahir karena diilhami semangat gotong royong petani di Jembrana dalam membajak sawah.

Untuk diketahui Makepung Lampit ini berbeda dengan tradisi Makepung yang lazimnya digelar di Jembrana.

Jika Makepung yang sering digelar di Jembrana dilakukan di sirkuit kering dengan menggunakan pedati yang ditarik dua kerbau dan mnggunakan cambuk dari rotan berisi paku, sedangkan Makepung Lampit menggunakan alat pembajak sawah (lampit).

Alat pembajak ditarik dua ekor kerbau dan menggunakan cambuk biasa atau pecut dan di laksanakan di areal persawahan berlumpur dan berair.(SATUBALI)

Turis di Pantai Bali Habiskan 5 Juta Botol Bir

SATUBALI - Wisatawan asing yang berlibur di pantai-pantai di Pulau Bali diperkirakan menghabiskan minuman beralkohol rendah seperti bir mencapai 5 juta botol perbulannya.

Ketua Asosiasi Distributor Minuman Beralkohol Golongan A Bali Frendy Karmana menyayangkan Permendag No.6/2015 Tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minol yang melarang penjualan minol gol A di warung atau minimarket.‬

Aturan itu, dapat memutus mata rantai perdagangan dan bukan sebuah jawaban bagi permasalahan yang terjadi.‬

Dia menambahkan bahwa minuman bir sudah menyatu dengan pengecer dan keuntungan dari bir tidak bisa dipandang sebelah mata saja karena bir ini sangat berpengaruh sekali dengan pedagang pengecer.‬

"Kami harap aturan yang dibuat lebih bijaksana. 78% pedagang kami adalah pengecer. Jadi kami harapkan mereka tidak sangat rugi karena berdampak sekali kepada kehidupan mereka," lanjutnya.‬

Selama ini ada sekitar 4 sampai 5 juta botol bir yang tersebar di seluruh kawasan wisata pantai di Bali. Konsumennya adalah wisatawan asing.

Dari jumlah itu, hampir 70 sampai 80 persen yang minum adalah wisatawan asing yang sedang berjemur, sedang surfing, sedang menikmati pantai.

"Bir dan wisatawan itu satu. Bayangkan saja kalau tidak ada bir. Pasti pada kabur semua bulenya," ujarnya. Untuk pihaknya meminta agar Bali ada pengecualian karena pertimbangan pariwisata dan adat.

Pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan RI No 6 Tahun 2015 terutama soal larangan penjualan minuman beralkohol golongan 1 mengancam para pedagang bir di seluruh kawasan wisata pantai di Bali.

Rencananya, pemberlakukan Permendag tersebut pada pertengahan April ini. Bila Permendag itu berlaku maka sudah dipastikan akan ada ribuan pedagang asongan, pedagang bir yang beroperasi di seluruh pantai di Bali akan kehilangan mata pencahariannya.

"Bayangkan, setiap hari mereka biasa mendapatkan keuntungan sebanyak Rp 100 sampai 200 ribu. Kalau dapat rezeki bisa dapat tip dari tamu.

Selain ancamanan bagi ribuan pedagang kecil, Asosiasi Distributor Minuman Beralkohol Golongan A Bali menyatakan omzetnya menurun 50% lebih pada Maret hingga awal April ini.(SATUBALI)

Berkonsep Modern, Horison Sunset Road Hadir di Bali

SATUBALI - Metropolitan Golden Management menancapkan kuku bisnis di Pulau Dewata Bali dengan mengoperasikan bran Horison yang mengusung konsep hotel modern berlokasi di area Sunset Road, Legian Bali.

Menggandeng PT. Binong Megapolitan yang memiliki Bisnis utama di bidang depeloper selaku investor, Horison Sunset Road resmi beroperasi mulai Jumat 27 Maret 2015.

Hotel berlokasi di Jalan Sunset Road No. 150 Legian Bali ini menyediakan 150 kamar dan suit dengan konsep modern dan dimulai dengan pembukaan 110 kamar dan akan berlanjut hingga akhir April 2015 untuk keseluruhan jumlah kamarnya.

Horison Sunset Road Bali, sangat cocok bagi pebisnis maupun wisatawan yang berlibur ke Bali.

Dilengkapi fasilitas Malabar Coffee Shop, Putri Lounge, serta kolam renange yang di desain indah sehingga memiliki nilai tambah bagi tamu yang tinggal.
Hotel juga dilengkapi fasilitas pendukung kegiatan bisnis, yaitu meeting room yang memiliki kapasitas hingga 100 orang.

Dengan lokasi strategis yaitu 5 menit ke Seminyak dan Legian, 5 menit ke pusat souvenir, 15 menit ke Bandar udara Internasional Ngurah Rai, serta 20 menit ke Denpasar.

Yang unik di Horison Sunset Road, semua harga termasuk makan pagi untuk 2 orang, daily afternoon tea, pengantaran seiap hari pada pukul 10.00 dan 16.00 ke lokasi favorit di Bali (Hotel - Ngurah Rai Internasional Airport - Shoping Center - Kuta Beach - Legian Area - Seminyak - Hotel).

"Kami juga menampilkan kesenian Bali seperti musik Rindik, kegiatan menghias telur, memahat patung kayu, dan Gebogan", ujar Arie Irwanto, General Manager Horison Sunset Road dalam keterangan tertulisnya.

Mengenai Hotel HORISON Hotel dengan layanan penuh,suite & resort dengan harga terjangkau.

Untuk memenuhi kebutuhan hotel dengan bran Horison untuk bintang 3, Horison Ultima di bintang 4 dan Grand Horison untuk bintang 5 Yang melayani kebutuhan hotel mewah dengan spektrum penuh, pelayanan superior dilengkapi fasilitas lainnya. (SATUBALI)