Saturday 16 May 2015

Digerus Hotel dan Vila, DAS Sungai Ayung Terancam

SATUBALI - Daerah Aliran Sungai Ayung yang membelah Pulau Bali hingga ke wilayah selatan kondisi lingkungannya kian mengkhawatirkan dengan banyaknya industri akomodasi pariwisata yang dibangun seperti hotel san villa.

Banyaknya pelanggaran sempadan oleh sarana akomodasi pariwisata yang dibangun seperti di Kabupaten Gianyar dan Badung menjadikan fungsi-fungsi penyedia pasokan air kawasan DAS Ayung kian terancam.

"Kondisi itu berlangsung akibat lemahnya pengawsan dan kebijakan pemerintah yang tidak memihak pada upaya menjaga fungsi DAS sungai Ayung dengan baik," kata dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Dr Made Sudarma dalam Media Gathering dengan Aqua di Desa Wisata Kertalangu, Denpasar.

Dengan tergerusnya fungsi hutan oleh bangunan beton hotel, vila dana sarana wisata rafting, yang berdiri di sepanjang DAS, maka ketika terjadi hujan deras, tidak lagi bisa menahan air.

"Air hujan akan meluncur saja, terbuang sampai ke laut," tandas alumnus Pascasarjana Ekonomi Pertanian IPB Bogor itu.

Padahal, air hujan itu bisa menjadi sumber cadangan air bagi lingkungan sekitar di sepanjang DAS Tukad Ayung.

Saat ini, kata di, kondisi ekosistem hutan dan DAS Sungai Ayung terancan degradasi (kerusakan) karena berbagai sebab. Hal itu pula akan mengancam pasokan air baku yang mengalir di sungai sepanjang  68,5 kilometer yang bermuara di Kota Denpasar.

Tidak hanya ancaman pembangunan sektor pariwisata, DAS Sungai Ayung juga kian lemah fungsi vegetasi akibat rusaknya hutan dan perubahan tata guna lahan.

"Tanaman kopi yang cukup kuat untuk menahan erosi dan menjaga vegetasi kemudian diganti jeruk yang secara ekonomis lebih menjanjikan," sebutnya dalam acara yang dihadiri Budi Hartono selaku Stakeholder Relation Manager East Manager Tirta Investama puluhan jurnalis media cetak dan online dan jajaran Aqua Bali.

Karena itu, untuk menyelamatkan DAS Ayung dari kerusakan lingkungan yang makin parah, diperlukan upaya serius semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat, dalam menjaga fungsi aliran sungai dari hilir dan hulu.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah Bali Ketut Ariantana mengungkapkan, sejak beberapa tahun terakhir terjadi penurunan kuantitas dan kualitas air tanah akibat amblesan tanah yang mengakibatkan hilangnya air tanah pada lapisan penutup akuifer.(SATUBALI)






No comments:

Post a Comment